Derap langkah yang mulai lunglai
namun tetap ku kayuh otot-otot kaki ku ini, setapak demi setapak ku lewati
trotoar jalan yang sudah lama tak dipijakan pejalan kaki yang melewati tempat
ini. Tanpa tujuan ku meniti jalan yang ku lewati, lalu aku singgah di sebuah
gubuk kecil di pinggiran kota yang entah seberapa jauhnya dari rumah ku. Sambil
melepas lelah ku pejamkan mata lalu ku buka mata kearah langit.
“Wow, indah sekali langit malam tanpa
dihalangi oleh atap menjulang tinggi yang di topang dengan beton-beton ribu-an
ton itu.” Kataku didalam hati.
Ketika ku sedang asyik memandangi
langit malam yang begitu indah, tiba-tiba terdangar sebuah langkah kaki dari
arah belakang ku. Aku sontak kaget dan mencari dari manakah asal sumber suara
tersebut. Ternyata dari belakang ku datang seorang kakek-kakek yang renta
menghampiri ku, lalu ia berkata padaku.
“Apa yang kau cari disini cu?” sambil
duduk di sebelahku.
Aku terdiam sejenak, lalu berkata.
“Tak apa kek, aku hanya ingin melihat
malamnya dunia secara utuh.” Sambil menundukan kepala.
Kakek menghela nafas, sambil
tersenyum kehadapanku.
“Bukan itu yang kau cari cu, tapi kau
sedang mencari sebuah kebahagian batinmu.” Katanya dengan suara pelan namun
pasti.
“Iiiyyaaa kek” jawabku terbata.
“Batin ku terasa kosong seperti tak
ada kebahagian yang terselip meskipun sebesar biji jagung.”
“Tak ada gunanya aku hidup, kehendak
untuk hidupku pun telah mati.” Kataku sambil mengusap air mat yang jatuh
kepipiku.
“Andaikan aku mempunyai kedua orang
tua yang perhatian terhadapku dan tak membiarkan ku kesepian dalam rumah mewah
besar namun tak ada yang membuatku bahagia.”
Kakek itu menggelengkan kepalanya.
“Hanya itu kah?”
Aku langsung berkata.
“Bukan itu saja, masih banyak yang
membuat dada ini semakin sesak rasanya.” Sambil mengelus dadaku.
Lalu tanpa tersadar ku berteriak
dengan lantang.
“Aku benci kalian semua! kalian yang
sudah tak memperdulikan, menghina, mencaci, dan membuatku terhanyut dalam
kesepian.” Sambil melemparkan batu ke arah sungai.
Kakek itu lalu menenangkan aku.
“Ya! Kakek tau apa yang kita inginkan
itu memang sangat sulit untuk di capai namun alangkah baiknya kita ubah
keinginan yang hanya dalam pikiran ubah menjadi sesuatu yang nyata.” Sambil
menatapku.
“Bagaimana kek caranya?” sergahku
“Itu yang tau jawabanya hanya dirimu
sendiri.” Sambil menujuk jarinya tepat ke dadaku.
“Hah?” sambil memikirkan apa yang
harus ku lakuakan.
“Kakek mengerti pula kenpa orang
lebih mudah untuk mengeluarkan perkataan hinaan dibandingkan pujian.”
“Kenapa kek?” Sergahku.
“Itu karena didalam hati mereka masih
tersimpan rasa sombong dan paling hebat, mereka juga tak mengerti seberapa
kecilnya mereka dihadapan tuhan.” Sambil tersenyum geli membayangkan manusia
yang semakin haus akan harta, jabatan dan kekuasaan.
Kakek terdiam sejanak dan melihat ke
langit yang dihiasi oleh ribuan bintang yang berkilau lalu berkata padaku.
“Cepat kau pulang sekarang dan lihat
kedepan lalu bangunkan kesepian dan penderitaan mu.” Sambil menepuk-nepukan
tanganya ke bahuku.
“Aku tak mau pulang kek.” Jawabku spontan.
“Sudah turuti apa kata kakek, kamu
akan mendapatkan yang kau cari.” Sambil meyakinkanku.
Tanpa berpikir lama aku langsung
berpamitan dan meninggalkan tepmpat tersebut.
“Apakah benar aku akan mendapatkan
kebahagian ku?.” Kataku dalam hati.
Lalu aku berlari sekuat tenaga, tepat
pukul 05.00 WIB aku sampai di depan pintu rumah. Aku pun membuka pintu secara
perlahan tanpa ku sadari ku mendengar tangisan dari mamaku dan sibuknya papaku
menelepon beberapa teman-temanku mencari tau tentang keberadaan ku. Aku pun
terdiam dan duduk di teras rumah menangisi kebodohanku yang tanpa ku sadari
bahwa betapa pentingnya aku untuk kedua orang tua ku. Aku pun tersadar bahwa
betapa sibuknya mereka itu hanya pun untuk aku bukan yang lain.
Lalu aku masuk kedalam rumah dan berkata
.
“Ma, pa maafin aku yah aku sudah
membuat kalian khawatir.” Sambil menahan tangis yang mulai pecah.
Mama ku kaget lalu dengan cepat lari
dan memelukku sambil berbisik padaku.
“Kamu jangan pergi lagi yah, mama
sayang kamu ! maafin mama yah.” Sambil menatapku.
“Iya ma, maafin aku juga sudah bikin
khawatir mama. Luangkan waktu mama untuk ku meskipun sebentar saja.”
“Iya mama janji.” Sambil tersenyum
kepada ku.
Semenjak kejadian tersebut hariku
semakin bahagia terasa lepas semua beban di dada. Aku pun berniat untuk
mengunjungi kakek di tempat waktu itu. Namun ketika ku tanyakan keberadaan
kakek seorang anak kecil pun datang menghampiriku.
“Kakak mencari kakek yah.” Dia
bertanya padaku
“Iya.” Jawabku
“Kakek sudah meninggal kak, tapi ini
aku ada surat untuk kakak dari kakek.” Sambil memberikan surat lalu pergi entah
kemana.
Lalu aku baca surat pemberiannya, di
dalam surat itu bertuliskan.
“Cu, jangan pernah menyerah dan putus
asa jika menerima masalah hadapi jangan kau abaikan, di dunia ini tak ada yang
sempurna tapi kita harus mencoba untuk selalu menjadi manusia yang baik dan
berguna untuk sekitar agar kelak kau di hargai dan di cintai.” Lalu aku
meneteskan air mata dan tersenyum kearah langit.